Sabtu, 01 Juli 2017

Hendaknya Seorang Hamba Menerima Keadaan yang Allah SWT Tentukan Baginya

      Sering kali terdengar dari untaian kata ulama tasawuf, hendaknya seorang hamba menerima maqam (kedudukan) yang telah Allah SWT tetapkan baginya. Ia tidak perlu keluar dari kedudukan itu hanya Karena ketertarikan hati dan mengikuti hawa nafsu saja. hal itu karena pilihan Allah SWT bagi hamba-Nya lebih baik dari pada pilihannya untuk dirinya sendiri. pengaturan Allah SWT bagi hamba-Nya lebih sempurna dari pada pengaturan hamba itu sendiri. Karena Allah SWT Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
          Namun terkadang hal ini disalah artikan oleh sebagian orang-orang bodoh yang tertipu.
Mereka mengira bahwa Allah SWT menempatkan mereka sekalian dalam posisi ini merupakan suatu perkara mutlak tanpa ada ikatan dan sesuatu perkara yang umum tanpa pengkhususan. Sehingga tak jarang kami mendengar dari lisan mereka kata-kata yang kotor dan argumentasi yang tidak ada dasarnya serta tidak adanya bukti sama sekali.
        Contohnya, pemimpin yang dzolim memberikan alasan bahwa ke dzoliman yang ia lakukan sudah merupakan ketentuan takdir Allah SWT. Sedangkan orang-orang kaya dan para materialistis yang mengambil harta dengan cara yang tidak halal, lalu mengeluarkanya di jalan yang tidak benar, mereka beralasan bahwa posisi mereka sudah menjadi ketentuan takdir Allah SWT. Hal ini merupakan kebohongan besar dan kesesatan yang nyata.
Alasannya, bahwa tidaklah Allah SWT memposisikan seorang hamba kecuali pada keadaan yang Dia ridhoi. Dan inilah merupakan syarat pertama. Yang kedua, posisinya itu adalah untuk taat kepada Allah SWT dan menempuh jalan kerihoan-Nya. Sedangkan yang ketiga, sudah sepatutnya ia menginginkan kedudukan yang lebih tinggi selama jalan itu bisa ditempuh.
Tidak ada yang menghalanginya kecuali kelemahannya dan tidak adanya peluang ke sana yang dikarenakan bermalas-malasan, menunda-nunda atau condong atas kesenangan hawa nafsu. Perhatikanlah dan renungkanlah pembahasan ini Karena ini adalah merupakan suatu pembahasan yang teramat penting. WAllahu a’lam..


Sumber : “Al Fushuulu ‘ilmiyah Wa ushuulul hikamiyah”  Karangan Al-Habib Abdulloh bin Alwi Al-Haddad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar